Kenali Majas #10 - Elipsis
Majas elipsis juga termasuk ke dalam majas yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, kebanyakan pengguna majas elipsis tidak sadar sedang "berelipsis". Dalam kalimat yang diucapkan, misalnya ketika wawancara, narasumber menghilangkan satu atau beberapa unsur kalimat. Meski terkadang unsur yang hilang bukanlah unsur yang memiliki peran penting dalam membangun makna, namun ketika dikaji secara tata bahasa maka akan diketahui bahwa ada unsur kalimat yang hilang. Kalimat tersebut ketika ditulis dalam teks, biasanya pihak redaksi akan memasukkan unsur yang hilang tersebut dalam tanda kurung untuk menghindari kerancuan makna.
Definisi Elipsis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penjelasan terkait istilah elipsis atau elips tidak mengacu pada penggunaannya sebagai majas atau gaya bahasa. Dalam ilmu linguistik, elipsis merupakan tanda titik-titik (...) yang digunakan untuk menandakan bahwa ada unsur yang dihilangkan dalam kalimat tersebut. Mendekati pada definisi tersebut, majas elipsis adalah suatu gaya bahasa yang penerapannya dilakukan dengan menghilangkan suatu unsur dalam sebuah kalimat. Unsur yang dihilangkan dapat berupa satu kata atau lebih yang biasanya kurang memiliki peran yang krusial dalam membangun makna kalimat.
Penggunaan elipsis sering ditemukan dalam karya sastra beraliran ekspresionisme. Selain menghadirkan nilai estetik, penggunaan elipsis menciptakan kesan tegas dalam sebuah tulisan. Sehingga majas elipsis dianggap sebagai pilihan tepat dalam mengekspresikan emosi yang akan ditonjolkan dalam tulisan-tulisan ekspresionisme.
Majas elipsis dalam kehidupan sehari-hari berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Elipsis menuntut pendengar untuk dapat menerjemahkan sendiri informasi yang disampaikan dan mengaitkannya pada konteks kalimat. Dalam dunia jurnalistik, narasumber informasi terkadang tanpa sadar telah menggunakan elipsis dalam kalimatnya. Demi menghindari kesalahpahaman, redaksi memasukkan kembali unsur kalimat yang dihilangkan dalam teks kutipan dengan diapit oleh tanda kurung.
Sedangkan dalam dunia sastra, elipsis justru sengaja dipakai oleh penulis demi mengejar makna dan efek-efek estetik tertentu yang diinginkan. Dengan demikian, penerjemahan kalimat sepenuhnya menjadi milik pembaca sesuai dengan daya pikir dan imajinasi masing-masing, serta kemampuan pembaca dalam menghubungkan kalimat dan konteksnya.
Contoh Elipsis
Biar peluru menembus kulitku; Aku tetap meradang menerjang.
Terserah!
Chairil Anwar dapat dikatakan sering menggunakan elipsis dalam puisi-puisinya. Contoh pertama adalah kutipan puisi Chairil Anwar berjudul Aku. Jika diperhatikan, dalam kutipan tersebut ada banyak unsur yang dihilangkan. Namun penghilangan unsur itu justru memperindah dan mempertegas puisi tersebut. Coba bandingkan dengan "Biar pun peluru telah menembus kulitku; Aku akan tetap meradang dan menerjang."
Pada contoh kedua adalah penggunaan majas elipsis yang familiar dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Dalam kasus tersebut, dibutuhkan daya nalar dan imajinatif si penerima informasi agar dapat menerjemahkan kalimatnya dengan tepat sesuai dengan konteksnya. Misalkan kata "Terserah!" yang seharusnya berbunyi "Terserah padamu mau makan apa." Namun kalimat yang ditampilkan secara utuh tidak menunjukkan ekspresi apa-apa, sehingga digunakan elipsis untuk mempertegas emosi yang ingin ditonjolkan. (inSastra/Amry Rasyadany)
Referensi
Selanjutnya: Kenali Majas #11 - Enumerasio/Akumulasio
Tidak ada komentar
Salam pegiat sastra .....
Bagaimana tanggapan Anda mengenai tulisan di atas?
Berkomentarlah dengan bahasa yang santun dan berikan manfaat untuk sesama.
Kami juga menerima kritik dan saran yang membangun, serta pertanyaan seputar kesusastraan. Mari bersama membentangkan wawasan kesusastraan.